#1 Tumis Buncis dan Tahu Cabai Garam di Tengah Doa Pagi Kantor

Dewi Rachmanita Syiam
3 min readJun 2, 2020

--

“Chop chop chop chop…”

Saya memotong buncis yang sebelumnya sudah saya bersihkan. Pada saat yang bersamaan saya juga sedang menyimak meeting kantor. Tanpa sadar, ternyata audio aplikasi belum di-non aktifkan. Alhasil, seorang rekan kerja langsung kirim pesan melalui WhatsApp: “Dew lo lagi motong apa”. Buru-buru saya tinggalkan aplikasi yang sialnya saat mau menonaktifkan suara malah error. Bergegas tutup aplikasi dan kembali bergabung ke meeting tanpa suara.

Sejak semalam saya sudah niat akan masak tumis buncis dengan tahu cabai garam. Di kulkas ada buncis yang masih berkualitas baik. Soal tahu cabai garam, saya penasaran dengan resep dari Mas Nuran yang sempat saya baca kalau tepungnya dicampur meizena dan bawang putih ada dua waktu menggoreng. Lagi pula, tahu cabai garam jadi salah satu comfort food.

Prediksi saya, pagi-pagi akan ke pasar atau beli online daging giling dan beberapa bahan masakan lain. Sayangnya ekspetasi itu tidak terealisasi. Sebab sedari pagi saya ada meeting mendadak. Pedagang daging pasar dekat rumah juga tak respon saat saya hubungi lewat WhatsApp.

Alhasil saya putar otak. Saya ganti daging giling dengan kornet yang ada di rumah. Saya siapkan pula bahan-bahan lain: beli tahu putih di pedagang sayur dekat rumah; memanen daun bawang dari rooftop; mencincang bawang putih dan cabai rawit. Lalu mulai memasak sembari mendengarkan arahan pimpinan di ujung sana melalui handphone.

Masak kian berkah dengan doa puluhan orang

Kebiasaan kantor saya baik sebelum maupun setelah pandemi adalah mengadakan sharing dan doa pagi bersama. Kalau dulu dilakukan di tengah ruangan kantor lantai 21, kali ini melalui Zoom yang dihadiri minimal 40 orang. Setiap pagi saya harus stand by menyimak sharing bergilir tiap rekan kerja, pun mengaminkan bait-bait doa yang diucap.

Tak terkecuali hari ini. Buncis dan sayur mayur bahan masakan saya hari ini sepertinya akan lebih barokah karena telah diperdengarkan bait doa suci.

Saya menyiapkan wajan. Menumis cincangan bawang putih, irisan cabai merah, dan bawang bombay dengan margarin. Masukkan kornet. Terus tumis hingga harum. Taburkan garam dan lada. Bersiap-siap bunci yang telah dipotong segera masuk ke wajan panas. Nyesss. Segera aduk dan siram dengan saus tiram. Tuang air agar bumbu kian meresap. Aduk merata. Tunggu hingga matang.

“Mah, coba cicipin dong.”

“Iya, udah enak. Besok dipotongnya miring aja buncisnya.”

Alhamdulillah. Masakan pertama enak. Berkah doa pagi kantor.

Keberkahan terus berlanjut ke masakan selanjutnya: tahu cabai garam.

Yang beda dalam masak kali ini ialah bawang putih. Mas Nuran di blognya menggoreng bawang putih terlebih dahulu agar kecokelatan. Pisahkan. Tumis cincangan bawang putih lain, irisan cabai rawit, dan daun bawang. Tambahkan garam dan lada. Masukkan tahu yang sudah digoreng dengan tepung tapioka serta meizena. Masukkan bawang putih yang sebelumnya sudah digoreng. Aduk hingga merata.

Biasanya saya tidak membagi bawang putih ke dua bagian masak. Langsung jadi satu. Tepung pun selama ini saya tak pakai meizzena.

Alhamdulilah. Masakan kedua enak lagi. Kekuatan doa memang besar.

--

--

Dewi Rachmanita Syiam
Dewi Rachmanita Syiam

Written by Dewi Rachmanita Syiam

Tentang perjalanan, musik, dan cerita. Saya di Instagram: #JalanBarengDewi

No responses yet