Dari Cidro sampai Ditinggal Rabi, Karaoke dalam Perjalanan Pulang ke Gunungkidul
Saya masuk Terminal Giwangan. Melangkah ragu ke bis kuning yang tanggung. Duduk dekat pintu bersebelahan dengan seorang ibu asal Karawang. Menunggu dan menunggu sampai bis melaju meninggalkan kota Jogja. Ini kali pertama saya — juga ibu di bangku sebelah — melakukan perjalanan ke Gunungkidul dengan bis. Dan kami sama-sama nggak tahu kalau bis ini bakal terus ngetem dgn waktu tak pasti sembari diiringi sederet lagu berbahasa Jawa.
“Atuhlah neng, nggak bisa bahasa Jawa ini. Susah jadinya apa-apa. Tiyasana Sunda,” kata ibu sebelah sambil makan jeruk yang baru dibeli.
Saya tertawa kecil memaklumi. Logatnya memang kental Sunda. Selama beberapa saat saya mendengarkan curhatannya tentang kesulitannya berkomunikasi di Jogja. Ia terus ngoceh sambil mengupas jeruk yang kulit serta bijinya dibuat begitu saya ke bawah jok. Dan saya pun tak bisa bantu banyak soal kesulitannya itu, sebab kemampuan bahasa Jawa saya juga terbatas. Yang saya bisa adalah mendengarnya terus bercerita dengan bahasa Sunda.
Meski begitu, bukan berarti saya mematung bingung saat lagu-lagu bahasa Jawa mulai jadi backsound perjalanan pulang ke kampung. Cidro, dari The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot jadi pembuka playlist. Lalu dilanjut Pamer Bojo, Jambu Alas, Pantai Klayar, Sewu Kutho, Banyu Langit, dan Stasiun Balapan.
Saya memang sudah kenal Didi Kempot lama. Sejak kecil, saat anak-anak kos dan kontrakan di rumah sering putar lewat VCD Player. Mereka bernyanyi, bergembira selepas kerja seharian atau akhir pekan. Dan kini saya akhirnya paham, di balik riangnya mereka dulu berkaraoke, mungkin mereka sedang “jogetin” patah hati seperti yang sekarang sedang saya rasa.
Oh gini ya menghayati lagu Didi Kempot yang lekat dengan patah hati itu..
Bis kian melaju. Kini Didi Kempot sudah diganti penyanyi yang lebih muda: Nella Kharisma. Irama khas hiphop koplo mulai memenuhi bis lewat speaker seadanya.
Ibu sebelah saya tiba-tiba ikut bersenandung lagu dari penyanyi asal Kediri itu. Barangkali, lagu-lagu Nella Kharisma belakangan memang lebih membumi dan diterima berbagai kalangan dibanding Didi Kempot. Barangkali..
Saya punya dua lagu favorit dari Nella, yaitu Kimcil Kepolen dan Pikir Keri. Di samping itu, nggak kalah menarik mendengar Konco Mesra, Sayang, dan tentunya Jaran Goyang. Satu lagi yang tidak boleh tertinggal, Stel Kondo.
Beberapa bulan ke belakang memang saya dengan sengaja maupun tidak mendengar lagu-lagu Nella. Ada suatu hal yang memang memaksa saya mendengar lagu perempuan itu. Juga beberapa band di hajat pernikahan kelewat sering bawakan lagu-lagunya.
Jadi, tentu tidak heran saat saya banyak hafal di luar kepala lirik lagunya.
Rasanya perjalanan makin kering. Baik pemandangan sekitar berupa hutan jati, maupun saat tidak sadar karaoke lagu Ditinggal Rabi. Tentang seseorang yang mesti ditinggal pergi sang kekasih.
“Mas opo kowe lali karo sumpah janjimu. Biyen bakal ngancani urip tekan matiku. Pancene kowe tego medot tali asmoro. Rabi karo wong liyo, mblenjani tresnoku nelongso”