Hip Hop Hore
Saya tumbuh dan besar salah satunya dengan musik. Hip hop pun nggak ketinggalan turut mewarnai hari-hari saya. Bukan Kendrick Lamar, High Brothers, Rich Brian, atau Kanye West, tapi musisi lokal dengan karya fantastis patut diapresiasi. Namun, apa kabar mereka kini? Apa kabar musik kancah musik hip hop tanah air?
Beberapa hari lalu saya ngobrol dengan seorang kawan. Salah satu topik kami setelah ngalor-ngdiul ke sana-ke mari ialah terkait musik. Apa sih musik yang lagi ngetren sekarang? Elektronik dan hip hop. Hip hop sendiri pun nggak lepas dari bunyi-bunyian elektronik.
Di tengah musik hip hop yang menurut saya sedang makin naik daun di Indonesia, ada hal yang bagi saya agak hilang: orisinalitas lokal.
Banyak sekali talenta muda yang bergeliat dalam musik ini ingin 11–12 dengan para musisi barat. Mulai dari sample musik, lirik, outfit, sampai cara berlagak di panggung (termasuk media sosial). Nggak salah memang, tapi sebagai penikmat musik hip hop lokal saya merasa sedikit janggal dengan hal ini. Seolah-olah kita ini nggak bisa membuat musik hip hop dengan ciri khas pribadi kita sendiri. Kok malah berbondong-bondong look a like dengan mereka yang jauh dari pangsa pasar kita?
Sekali lagi, saya nggak menyalahkan ya. Hanya heran aja.
Soal sample Musik, ya pasti banyak agak mirip-mirip. Tapi, apa nggak mau coba bikin sample-sample sound sendiri? Belum lagi soal keseluruhan lagu kok yang kalau didengar baik-baik mirip ya. Beat-nya, ketukan-nya, drum-nya, dll. Hingga keseluruhan mungkin.
Lirik. Ini yang sempat jadi obrolan cukup menarik dengan kawan saya itu. Saya percaya bahwa sejatinya lirik, termasuk dalam rap itu sepatutnya bermakna dan punya cerminan suatu hal tersendiri. Bisa jadi curhatan pribadi, fenomena sosial yang sedang berkembang, dan lainnya. Nah, banyak faktor yang tentu jadi landasan suatu lirik itu hadir dan berkembang, termasuk soal di mana kita berpijak. Masa kehidupan di Amerika mau disamakan dengan Indonesia? Rasanya banyak fenomena di Indonesia yang menarik untuk ditarik ke lirik-lirik lagu. Dan tentu banyak fenomena di luar negeri yang sebenarnya kurang relevan di Indonesia. Dipaksakan biar keren?
Saya kangen sih dengan musisi semacam Saykoji dengan lagu Online. Saat itu fenomena di Indonesia lagi booming banget melulu di depan layar kaca dan online selalu. Selain itu ada Bebas dari Iwa K. Ada pula Jogja Hiphop Foundation dengan Jogja Tetap Istimewa. Tididit dari Sweet Martabak juga nggak ketinggalan. Dan sederet musisi hip hop lokal keren lain yang nggak asal dalam bikin lirik yang penting lagu jadi dan viral. Bodo amat dah liriknya nggak nyambung atau tanpa makna dan mengarah negatif.
Sekilas saya melihat musisi hip hop baru, khususnya yang sering berseliweran di media sosial saya liriknya hmm luar negeri banget. Ya banyak juga sih yang bisa aja dikaitkan dengan ke-Indonesia-an. Tapi, kok semacam luar negeri banget ya? Keunikan dan orisinalitasnya bagi saya kurang muncul dan menonjol.
Outfit alias pakaian. Ini nggak bisa ditampik ya kita pasti berkiblat ke dunia luar. but, hey, haruskah kita sesama itu? Se-Hypebeast itukah kalau udah mirip musisi luar?
Lalu, cara berlagak dan bagaimana para musisi ini mencitrakan diri mereka di panggung (termasuk di media sosial). Ini juga jadi kegelisahan saya. Astaga, kok para musisi ini ingin banget sesama itu ya dengan para bintang dunia? Oke ngefans dan mengidolakan mereka oke-oke aja. Tapi, haruskan kita jadi sama?
Saya melihat banyak orang membawa budaya luar negeri, ke-barat-baratan itu secara masif ke dirinya sebagai musisi hip hop. Cara bertutur ke-barat-baratan, pose foto, sampai beraksi di panggung.
Semua itu berkolaborasi apik dalam banyak diri musisi hip hop kini. Sekali lagi, saya nggak menyalahkan. Saya merasa janggal aja. Kok makin banyak orang kayak Rich Brian, Kendrick Lammar, dll. Mereka memang keren, tapi kenapa harus sama seperti mereka? Kalau sama, apa yang bikin beda kamu dan dia? Kalau sama, ngapain mesti dengerin musik kamu? Mending saya dengar musik Kanye West atau musisi lain yang mirip kamu.
Saya percaya tiap orang punya keunikannya masing-masing. Ya, kenapa nggak itu yang dibawa. Perhatikan juga mangsa pasar. Mau jual musik di Indonesia tapi liriknya seputar Trump atau isu di luar negeri lagi? emm.
Kepada CNN Indonesia, Iwa K pernah bilang, “ketika lo tampil enggak fake, empati pasti ada. Tapi lo bakal pegal kalau tampil fake, sampai kapan lo [bakal] kuat?”
Intinya, saya kangen sama musik hip hop dari para musisi lokal yang unik, orisinal, beda, jujur, dan punya musik yang memang berkualitas. Bukan asal ikut tren, ingin viral, dan yaudah aja. Sayangnya mereka yang bagi saya menarik kurang ramai hadir. Pasti banyak faktor yang melatar belakanginya.
Mungkin saya masih kurang banyak mendalami lagu musisi baru di musik ini sekarang. Kalau ada rekomendasi, mohon kasih tahu, ya!
Di tengah kegelisahan ini, saya percaya hip hop memang tetap bikin hore setiap waktu. Selamat berkarya dan menikmati karya.