Karena Google, Gue Jadi Takut Bertanya
Waktu zaman masih aktif kuliah dulu, ada beberapa teman gue curhat. Katanya mereka abis nanya ke dosen tentang suatu hal. Jawaban dosennya nggak jauh-jauh suruh teman-teman gue langsung Googling aja.
Contoh lain, teman gua mau belajar suatu hal yang dipraktikin gitu. Dia nanya ke temannya yang lebih pro jago udah mahir. Ujung-ujungnya diomelin disuruh Googling. Duh, apakah semua trial and error ada di Google? Mungkin ada, tapi pemahaman kadang bisa didapat kalau diomongin diajarin langsung.
Lalu, suatu waktu gue juga ingat ada teman gue yang lainnya bertanya ke dosen lain soal suatu hal. Jawabannya lagi-lagi disuruh Googling. Bahkan, terkesan menyudutkan atau mungkin agak merendahkan teman gue ini dibilang malas mencari tahu dulu dan lainnya.
Pada keseharian hal itu juga kayaknya sering.
“Udah lah biar cepet Googling aja”
“Ada di Google woi”
Dan kalimat-kalimat lainnya yang serupa untuk: “ngapain sih nanya itu ke gue, di Google ada!”
Beberapa waktu ini gue mengalami hal kayak gitu. Gue nanya seorang senior soal makna suatu hal yang jadi bidangnya. Gue udah Googling dan alasan gue nanya ya karena pengen tahu lebih dalam aja soal hal itu dari sumber yang menurut gue bisa dipercaya. Jawabannya: “Coba nanya hal yang ga bisa digugling. Gini mah gampang banget, di gugel langsung nemu, bahasa indonesia atau inggris.”
Gue nggak ngambek sama sekali, apalagi marah. Gue cukup tau aja.
Gue agak gimana ya melihat fenomena ini. Emang ada yang salah ya kalau nanya hal yang udah ada di Google ke orang yang mungkin lebih bisa dipercaya? Seogah itu kah untuk satu dua kalimat kasih tahu dan baru anjuran Googling? Apakah yang nanya itu udah pasti belum Googling?
Atau apakah pertanyaan kita terlalu dangkal untuk mereka yang kita tanya?
Soal dangkal-dangkal ini, teman dekat gue sampai merasa dirinya sangat dangkal. Dia bertanya ke gue dan teman-teman lain, apa iya dia sedangkal itu lantaran kalau nanya jawabannya disuruh Googling dan agak menyudutkan baginya. Teman gue ini sehabis itu jadi takut untuk nanya, bahkan ngomong. Ini pun makin merambat ke hal lain.
Sedangkan teman-teman gue lainnya yang mengalami hal serupa jadi malas untuk nanya, pun menjurus malas ngomong. Seperlunya aja, nggak usah nanya-nanya dari pada disuruh Googling dan dicap malas.
Oke emang ada yang malas dan mau instan tahu jawaban suatu hal dari orang. Oke harusnya kita memanfaatkan teknologi secara maksimal.
Tapi,
Kok makin ke sini gue makin agak gimana gitu ya. Orang jadi cenderung enggan berkomunikasi. Gap dangkal-enggak jadi begitu terasa dan bukan diayomi memahami hal bareng malah menjatuhkan. Oke mungkin mereka yang terkesan menjatuhkan nggak bermaksud demikian. Tapi, ya itu yang orang lain rasain. Terus lo mau bodo amat aja gitu kalau ya merasakan bukan satu dua orang? Terserah sih ya.
Orang jadi udah takut duluan buat nanya. Belum diskusi aja udah disemprot motong niat disuruh langsung Googling.
Apa besok-besok ke depannya nih kita semua tulis ilmu dan pengalaman kita yang nanti bisa muncul di Google. Abis itu ya udah nggak usah ada komunikasi langsung lagi antar manusia. Iya kali? Mungkin gue mikir terlalu jauh.
“Eh apa kabar lo? Lagi di mana?”
“Lo kan bisa liat di medsos gue. Atau googling blog gue ada curhatan hidup di situ”
Abis gimana ya, hal ini udah gue liat emang dari dulu. Bahkan ga serta merta karena Google aja sebenarnya. Oke oke gue terima kita nggak boleh malas baca kalau itu yang jadi alasannya. Tapi, kadang emang cara penyampaiannya yang nggak bisa disamaratakan ke tiap orang.
Lagi pula sekali lagi, apa susahnya ya berbagi satu dua kalimat soal pertanyaan itu? Toh lo bisa ketik atau ngomong nyuruh kita Googling. Dari pada lo ketus langsung ngomong gitu, mending kasih intro asik.
Jujur gue kasian sama teman-teman gue yang punya kekurangan dalam hal komunikasi ke orang lain. Suka minder atau takut duluan. Suka rendah diri. Udah judge dirinya dangkal buruk duluan nggak pede. Padahal dia mau belajar, mau tahu, mau dapat insight dari orang yang dia percaya. Bahkan untuk nanya pun, banyak teman gue yang itu hasil susah payah mereka ngumpulin keberanian. Ada yang sampai gonta ganti kalimat, tata bahasa, dll. Nggak jarang malah nggak jadi. Karena apa? Merasa dirinya dangkal dan nggak pantas nanya hal itu. Takut diejek dicemooh dianggap rendah dan lainnya. Makin terpuruk nggak tahu.
Lagian, sebenarnya banyak hal di belakang orang nggak Googling. Mungkin karena kurang percaya apalagi arus informasi besar banget sekarang. Mungkin terkendala akses. Atau kemungkinan-kemungkinan lainnya, termasuk males. Kenapa bisa males? Ya pasti banyak lagi alasannya.
Oke oke banyak orang otodidak mahir ahli ini itu berkat Googling. Oke gue paham. Oke asal ada kemauan ada jalan dan sebagainya untuk menjawab pertanyaan.
Gue jadi ingat terkait jurnalisme untuk nggak gampang percaya sama satu hal. Mesti cari berbagai sumber yang banyak, termasuk orang secara langsung. Bahkan data pun harus dikonfirmasi lagi ke orang terkait.
Semoga gue dan lo yang baca ini bisa lebih dermawan memberi ilmunya ke orang yang nanya. Walau dongkol atau gimana karena ngerasa itu jawabannya ada di Google dan dianya aja yang malas Googling.