Menjajal Film 3 Bahasa di Bioskop Malaysia

Dewi Rachmanita Syiam
4 min readNov 11, 2022

--

Bagaimana rasanya menonton film di Malaysia? Dari pada penasaran, dalam perjalanan ke Kuala Lumpur, Malaysia, saya nekat jajal menjelang tengah malam untuk singgah ke bioskop. Kebetulan hotel tempat saya menginap satu gedung dengan mall yang punya bioskop, jadi sikat aja curi-curi waktu buat menonton sendiri.

Sedari di kamar saya sudah buka-buka browser untuk cari lokasi bioskop sekaligus film yang sedang tayang. Tentunya mumpun di negeri Jiran, jangan mubadzir malah menonton film barat. Akhirnya saya pun pilih film Abang Long Fadil 3 yang bergenre komedi laga. Pilihan ini pun terhitung asal: tidak membaca sinopsis, tidak kenal pemain.

Dengan nekat, menjelang pukul 11 malam saya pun bergegas kenakan jaket dan menyusuri lorong-lorong mall serta naik eskalator untuk mencapai lokasi bioskop. Celingak-celinguk mengira-ngira harus beli tiket bagaimana dan di mana. Hingga akhirnya saya diarahkan untuk menuju mesin khusus untuk pemesanan tiket sekaligus snack. Utak atik mesin sambil tanya kanan-kiri dengan bahasa Inggris campur Melayu soal panduan pemesanan, termasuk harus tukar recehan ringgit ke counter snack, dan masukkan nomor handphone Malaysia, kenalan baru akhirnya tercetaklah tiket film yang baru mulai tayang beberapa hari. Dan film baru akan dimulai pukul 11 berakhir sekitar pukul 1 pagi.

Tidak ada ekspetasi apa-apa karena hanya ingin merasakan aja perbedaan nonton di Malaysia. Saya malah sudah ancang-ancang tak habiskan film sampai akhir dan lebih baik bergegas ke hotel untuk tidur jikalau film kelewat membosankan atau kurang cocok.

Loh malah ketagihan karena film yang merupakan lanjutan dari tahun 2014 dan 2017 itu menjadi hiburan tengah malam. Dengan tiga bahasa di film, yakni Melayu, Cina, dan Inggris, Zizan Razak dan kawan-kawan sebagai pemeran berhasil bikin saya tak terlalu roaming untuk bisa tertawa bersama penonton Malaysia lain. Ini memang kali pertama saya mesti cepat-cepat tune in dengan adanya 3 bahasa yang subtitle text-nya bahasa Inggris itu. Tiga bahasa itu sendiri sebenarnya mewakili dominasi ras yang memang ada di negara Upin Ipin, lengkap jokes-jokes atau satiran fenomena sosial di masyarakat. Di dalam film ketiga bahasa itu saling bercampur antar pemain lengkap pula dengan atribut identitasnya seperti baju ataupun logat khas.

Singkatnya film yang disutradari Syafiq Yusof tersebut sebenarnya bercerita tentang Fadil (Zizan Razak) yang mendapat misi untuk membongkar adanya konspirasi jahat Chow Han (Johan Raja Lawak). Di film ini hadir pula sosok yang tak begitu asing: Wak Doyok. Dan bagi saya yang awam soal kritk mengkrtik sinema, film ini menarik karena lawakannya tidak remeh dan sesekali menyentil isu setempat. Namun, memang alurnya seperti padat yang dibuat singkat sehingga momen-momen di filmnya seperti terasa cepat.

Ruang Sinema dan Camilan Menggiurkan

Meski masuk ruang sinema saat lampu telah mati, setelah film berakhir saya masih sempat mengamati sekeliling dengan cahaya redup. Ruang sinema bioskop seperti lebih lebar (mungkin ini hanya perkiraan) dengan jarak antar baris kursi lebih lega dibanding bioskop umum di Indonesia. Terkait kelembutan kursi sepertinya sama-sama saja. Sedangkan dinding sekeliling dominan merah begitu pula kursinya. Dan awal huruf dimulai dari terdekat dengan layar.

Tentunya tak lengkap nonton film tanpa camilan, apalagi ini saat yang tidak boleh dilewati yakni membandingkan popcorn Malaysia dengan Indonesia. Setelah memesan di mesin, saya harus ambil snack di counter. Alur ini tampaknya sudah agak lazim seperti di beberapa bioskop tanah air. Terkait ukuran bisa dibilang mungkin 11 12 dengan di Indonesia. Begitupun rasanya.

Urungkan niat pergi di tengah film berbuah pintu lift menuju hotel sudah digembok. Maka terpaksalah saya cari berbagai jalan untuk kembali ke hotel di tengah remang-remang jalan mall dan aneka manequin di balik kaca toko. Sebuah pengalaman menarik menjajal bioskop Malaysia dengan merogeh kocek RM37.00 atau sekitar Rp122ribu.

--

--

Dewi Rachmanita Syiam

Tentang perjalanan, musik, dan cerita. Saya di Instagram: #JalanBarengDewi