Nasi Bakar Isi Ayam Suwir dan Teri untuk (Keluarga) Mas

Dewi Rachmanita Syiam
3 min readJun 1, 2020

--

“Nggak dikirim nasi bakarnya? Kirim sana.”

Suatu siang pada akhir pekan, secara impulsif saya terpikir akan buat nasi bakar. Momen itu hadir saat sedang menghubungi tukang sayur di pasar dekat rumah. Saya segera tambahkan bahan belanjaan di luar daftar yang sudah ada. Kemangi, teri, dan daun pisang yang jadi komponen utama nasi bakar pun melengkapi bahan masakan sepekan untuk diantar ke rumah.

Pandemi COVID-19 memang membuat jiwa unpredictable saya kian meningkat. Begitu pula kreativitas di dapur. Walau kerjaan tidak lebih ringan sama sekali dibanding sebelumnya, malah sebaliknya, gairah untuk masak yang tak biasa bagi saya terus menggebu. Alhasil curi-curi waktu saya sempatkan masak. Salah satunya nasi bakar yang pada akhirnya bukan hanya menjadi menu makan malam rumah saya di Cinere, melainkan juga santap sahur teman dekat dan keluarganya di Pamulang.

Nasi bakar saya hari itu sengaja tidak pakai santan. Alasannya klasik: tak mau ambil risiko gagal. Maklum kali pertama buat nasi bakar. Masaknya pun cukup was-was karena sedang berpuasa — tidak bisa leluasa tes rasa — . Namun, walau tanpa jaminan rasa kelas wahid, saya pada akhirnya kirim beberapa nasi bakar isi teri dan ayam suwir yang dimasak sore sebelum adzan maghrib berkumandang dengan ojek online ke rumah berpagar hitam di hook suatu komplek.

Ibu menyuruh saya kirim racikan nasi bakar itu ke (keluarga) Mas.

Ragu itu pasti. Saya mungkin bisa masak, tapi tidak lihai dan tidak rutin. Sebabnya tak jauh-jauh karena manajemen waktu. Walau belakangan saya memang kian komitmen untuk lebih rajin eksperimen masak dan sederet aktivitas domestik lain. Skill sewaktu hidup sendiri di kosan harus terus diasah, bukan malah sebaliknya saat di rumah.

Otomatis Ramadhan hari kesekian itu perasaan saya campur aduk saat kirim makanan. Jangan-jangan nasi bakar saya ambyar walau menurut kakak ipar dan adik yang sedang tidak puasa soal rasa sudah aman. Selama persiapan pengiriman pun saya sangat was-was. Bergonta-ganti wadah, cari yang ukurannya sesuai. Memilah nasi bakar yang padahal mungkin sama-sama saja.

“Enak nduk. Bumbunya meresap ke nasinya. Ini gak pake santen tapi ya. Tadi aku bapak sama ibu nyobain. Bapakku bilang suka. Buat sahur makan itu lagi.”

Bahan-bahan:

  • Ayam (disuwir) atau Ikan teri (digoreng terlebih dahulu) untuk isian opsional
  • Irisan cabe merah
  • Kemangi
  • Bawang merah
  • Bawang putih
  • Daun salam
  • Daun jeruk
  • Serai
  • Lengkuas
  • Garam
  • Gula
  • Daun pisang (panaskan terlebih dahulu)
  • Nasi
  • Minyak goreng

Cara Membuat

  • Siapkan alat dan bahan
  • Tumis untuk isian berupa irisan cabe merah, bawang merah, bawang putih, daun jeruk, daun salam, serai, lengkuas (sudah digeprek). Tambahkan garam dan gula. Masukan ayam suwir atau ikan teri
  • Masukan kemangi. Tambah sedikit air. Masak sampai matang dan harum
  • Siapkan daun pisang yang sudah dipanaskan sebelumnya agar tidak kaku
  • Isi daun pisang dengan nasi dan tumis ayam suwir atau ikan teri yang sudah dimasak. Gulung seperti pepes. Lakukan sampai habis
  • Siapkan teflon, panaskan. Panggang nasi yang sudah dibungkus daun pisang di atas teflon. Tunggu sampai kecoklatan dan harum
  • Santap selagi hangat.

--

--

Dewi Rachmanita Syiam
Dewi Rachmanita Syiam

Written by Dewi Rachmanita Syiam

Tentang perjalanan, musik, dan cerita. Saya di Instagram: #JalanBarengDewi

No responses yet