Nasi Goreng, Yakiniku, dan Teriyaki di Pamulang

Dewi Rachmanita Syiam
2 min readSep 26, 2020

--

Setiap muncul pertanyaan mau makan apa saya pasti bingung dan terserah Mas. Ini benar-benar terserah, bukan ada keinginan terpendam di baliknya. Namun, sudah semingguan ini lidah saya ingin icip makanan Jepang dengan cita rasa lokal yang biasa dijual di pedagang kaki lima pinggir jalan. Meski Kamis Mas bawa saya ke fast food Jepang, masih ada keinginan saya menyantap menu negeri Sakura yang sudah dimodifikasi agar lebih bisa diterima orang Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu, malam ini berangkatlah kami ke Pamulang.

Letak warung tenda masakan Jepang yang kami tuju berada di seberang SPBU Pamulang. Pinggir jalan persis dan sederet dengan bengkel yang saya taksir buka hingga sore hari. Spanduk maupun bentuk warung, bahkan menunya sungguh sederhana. Hanya ada dua spanduk: putih dan hijau terang. Di spanduk putih yang menghadap jalan tulisannya pun singkat, jelas, padat berisi tiga menu mereka: teriyaki, yakiniku, dan tempura. Nama tempat makannya pun nihil. Di dalamnya hanya ada tiga meja berlapis taplak merah berbahan plastik. Dapurnya pun tak kalah sederhana: dua teflon hitam legam di atas dua kompor tungku seperti biasa untuk penjual nasi goreng, rak kaca sederhana, dan meja panjang di bagian belakang.

Pemilik warung makan Jepang ini sebuah keluarga. Chef aslinya ialah sang bapak. Namun, setelah Mas verif, bapak meninggal dan kini masak memasak jadi urusan ibu dibantu anak.

Dari kursi khas abang-abang baso yang berwarna merah saya menatap sang ibu di ujung. Ia sedang beratraksi memasak nasi goreng. Mula-mula dituangkan minyak sayur, lalu masukkan bumbu. Tak lama ia ambil 3 mangkok nasi dan tuang ke teflon. Mengaduk dengan centong nasi berbahan kayu. Tambah ini itu. Terus begitu sembar api biru terus menjilat teflon yang sudah kehilangan sebagian pegangannya itu. Secara bersamaan, ia potong ayam. Bulirkan dengan bumbu dan tepung, goreng di teflon lainnya.

Menu tempat ini sebenaenya sangat nggak neko-neko. Hanya menyediakan nasi goreng, chicken/beef yakiniku, dan chicken/beef teriyaki. Tempura yang namanya terpampang di spanduk pun tak ada di daftar menu malam ini. Pilihan minumannya? Hanya teh tawar hangat. Namun, soal cita rasa, tidak sesederhana itu. Dan bagian pentingnya ialah saladnya lezat, bahkan bagi saya yang tidak suka sayuran.

“Rasanya masih sama kayak bertahun-tahun lalu aku terakhir makan.”

Oh… Mas sudah lama tidak ke sini…

Saya makan lahap. Maklum, belum makan malam. Apalagi hidangan dimasak cukup lama. Alhasil tak dalam waktu lama setengah porsi nasi goreng dan chicken teriyaki saya dan Mas habiskan. Menyusul beef yakiniku. Setengah porsi nasi goreng lainnya yang portugal alias porsi tukang gali saya bungkus.

Nasi gorengnya menggunakan beras perak yang tak terlalu kelewat banyak diberi kecap. Sedikit irisan wortel ditambah bersama potongan cabai. Begitu nikmat dimakan bersama chicken yakiniku yang telah dipotong dadu. Santap semakin mantap ditambah salad segar berisi selada, kol, wortel, timun, dan tomat yang dipadupadankan dengan saus cenderung manis gurih khusus kental berwana kuning.

“Pengen nambah… hehe. Tambah yakiniku juga deh buat makan di rumah. Hehee…” kata saya yang porsi makan kian berangsur kembali. Juga makin gemar makan sayur.

--

--

Dewi Rachmanita Syiam

Tentang perjalanan, musik, dan cerita. Saya di Instagram: #JalanBarengDewi