Rekomendasi Musik Elektronik 2018

Dewi Rachmanita Syiam
10 min readJan 1, 2019

--

Foto: Redbull.com

Jelang akhir tahun gue banyak berefleksi. Nggak melulu soal cinta dan karir, tapi juga musik. Di tahun ini, rasanya gue makin random urusan musik. Gue bisa sekarang dengerin Guns n Roses, Neck Deep, atau Metallica kayak zaman sekolah dulu. Nanti gue bisa tiba-tiba dengar Barakatak yang funkot abis. Atau besoknya bisa dengar Dewa 19, Cigerettes After Sex, Kunto Aji. So random.

Namun, dari berbagai karya yang gue dengar itu, musik elektronik tetap jadi rajanya. Walau gue nggak sememantau dulu perkembangan musik ini, gue hampir tiap hari dengar.

Lagu-lagu apa aja yang udah gue dengerin selama ini? Siapa sih musisi-musisi baru yang mulai gue kulik? Atau apa para musisi lama masih menunjukkan taringnya di tengah arus deras para talenta baru? Dan, musik elektronik tahun ini kayak gimana perkembangannya?

Jangan kira cuma DJ atau produser luar aja yang oke, musik keren juga datang dari dalam negeri. Industri musik elektronik dalam negeri ini makin menggeliat dan lahirkan banyak talenta berbakat dengan kualitas musik baik.

Tahun 2018 ini emang banyak nama baru bermunculan dan berkembang. Nama lama dalam industri musik elektronik pun ada yang masih tetap terus survive. Cewek nggak ketinggalan mulai makin menampakkan dirinya dalam musik ini. Kolaborasi seru yang ciamik juga hadir di 2018 ini. Mereka nggak cuma bikin musik yang lagi hype di masyarakat kayak trap, tapi juga genre-genre lain yang memberi warna tersendiri.

Dengan segala keterbatasan dan selera pribadi, gue mau kasih rekomendasi musik elektronik 2018. Urutan acak, bukan merupakan pemeringkatan khusus.

MORSH — SEQUEL

Sebelum “SEQUEL”, MORSH yang merupakan paduan kata “More” dan “Research” garapan Winky Wiryawan dan Yogi Formatted ini punya lagu andalan “MESS”. Lagu yang rilis pada 2017 itu bahkan mendapat penghargaan sebagai Karya Produksi Elektronika Terbaik.

Melanjutkan respon positif dari “MESS”, MORSH pun rilis “SEQUEL” pada September lalu. Dalam ranah Indie Dance, mereka hadirkan warna tersendiri di musik elektronik Indonesia. Bercerita tentang generasi sekarang yang diterpa banyak informasi dan mesti pintar melihat supaya nggak hanyut dengan zaman yang dinamis.

Lagu ini sendiri dibuat Winky Wiryawan dan lirik dari Diano. Sedangkan musiknya digarap Yogi Formatedd. Fyi, rencananya 2019 nanti MORSH bakal rilis album loh.

CVX — Irama Melaju

Kalau lo yang aktif ikutin skena underground musik elektronik pasti udah nggak asing dengan nama CVX. Doi sempat bikin lagu bersama Laze dalam “Sudut Pandang” dan garap album Avonturir bersama MSSVKNTRL.

Lagu “Irama Melaju” merupakan satu dari sebelas lagu yang ada di album baru CVX berjudul Pressure. Lagu ini hadir sebagai alternatif buat lo yang emang udah sejengah itu dengan trap, progressive house, atau musik-musik elektronik lain ber-bpm tinggi. Pasalnya, di lagu “Irama Melaju”, lo akan dibawa lebih chill dengan nada-nada yang melodis.

Gue sendiri sebenarnya udah lumayan lama ngikutin perkembangan musik CVX. Dan lewat album Pressure-nya ini, lo akan mendengar CVX yang berbeda dari musiknya dulu seperti “Invicible”

Melansir situs Uprising.id, nampaknya emang benar kalau “Irama Melaju” dan keseluruhan lagu di album baru CVX ini emang bikin lo fokus sekaligus tenang saat melalui proses yang lagi dihadapi.

Dubyouth — Roots

Sesuai judulnya “Roots”, Dubyouth, grup musik elektronik asal Yogyakarta emang balik ke akar musiknya. JIR, sedari awal gue dengar lagu ini langsung jatuh cinta. Sebuah paket apik paduan musik reggae, jungle, dub, dan house. Massive!

Dubyouth seakan bangun dari tidurnya lewat “Roots” ini dan kembali ke lantai dansa dengan dentuman musik khas. Hal itu juga disampaikan lewat lirik-lirik lagunya, misal “And tell the people in the town cmon wake them up” dan “bring back the fire to the dance again”. Mereka pun menurut gue cukup berhasil menyalakan api, tinggal gimana dapat porsi manggung yang lebih banyak.

Apa lagi, setelah video musiknya rilis. Makin oke aja musik ini dengan visual mapping ciamik. Super salut! and true, this is the royal sound of Ngayogyakarta!

KimoKal — Wanderlust

Dengar “Wanderlust”, gue merasa mendapat positive vibes yang agak-agak tropikal. Mungkin kesan itu emang hadir lantaran proses penggarapan idenya dilakukan KimoKal di Bali sepulang dari Jepang.

Menurut gue, “Wanderlust” ini cocok buat santai, menepi, menikmati hidup yang damai. Juga saat perjalanan mengembara khas “wanderlust”.

Lagu “Wanderlust” dengan warnanya yang lebih light terdengar agak berbeda dengan karya-karya KimoKal terdahulu yang lebih dark. Di sini KimoKal kayak lebih bebas dan eksplor banyak hal.

Mardial — Leave This Town

Mardial still on fire. Pasti aneh kalau sebagai pencinta musik elektronik lokal nggak kenal nama yang satu ini. Kali ini, pada penghujung tahun dia rilis EP album cukup berani bernafaskan dubstep berjudul Musik Dubstep. Salah satu lagu yang gue suka adalah “Leave This Town”.

Jujur, gue sendiri pun emang lagi kangen dengan musik agak keras kayak dubstep gini. Akhirnya kerinduan gue terobati dengan racikan khas produser Mardial. Musik dubstep-nya itu makin ciamik dengan sentuhan hiphop yang belakangan emang lagi hype. Gimana nggak, album Musik Dubstep ini diisi pula sama orang-orang hiphop, kayak Ramengvrl, Matter Mos, Ariel Nayaka, dan Gbrand.

Dan gue suka banget sama art work-nya.

Bukan bermasuk menyama-nyamakan, tapi kalau dengar “Leave This Town” akan merasa ada rasa seperti lagu-lagu Marshmello. Meski, “Leave This Town” lebih bikin bangers sih yang pop punk.

Sebenarnya, gue juga suka sama lagu lainnya di EP ini yakni “King of The Slump”. Dubstep-nya kerasa abis bersama unsur reggae. Jadi semacam flashback ke 2012 di mana musik elektronik ramai dengan dubstep musik dari Skrillex, Knife Party, dkk.

Avia Athalia & Kay Oscar— 911

Gue ngikutin Avia Athalia udah sejak beberapa tahun lalu, saat dia rilis lagu religi “Hari Penuh Cinta” dan “Patience” bareng Ikki CVX. Gue makin tertarik ngulik musiknya yang gue kira hanya sementara aja dalam ranah elektronik. Namun, lewat “911" dia makin buktiin keseriusannya.

Nggak bisa ditampik, orang-orang di balik Uprising label di bawah lagunya berperan sih. Avia Athalia jadi sosok cewek yang makin mewarnai musik elektronik. Nggak jedag jedug keras kayak anggapan banyak orang soal musik elektronik. Bersama Kay Oscar, menurut gue “911" cukup berhasil membawa pop-dance Indonesia, terutama dengan peranan cewek di dalamnya.

Uwalmassa — Untitled 02

Kalau lo pengen dengar musik elektronik yang instrumental, album Bumi Uthiri bisa jadi pilihan. Kolaborasi antara DIVISI62 dan Linear Perspective ini menurut gue cukup menyajikan musik elektronik yang modern dengan elemen instrumen tradisional Indonesia. Bisa dibilang kontemporer.

Gimana enggak? Dari seluruh track di dalam album Bumi Uthiri lo akan mendengar suara gong, gendang, gamelan, dan unsur instrumen tradisional lainnya. Fyi semua direkam langsung dengan satu mic kondensor dan mampu hasilkan musik berkualitas. Gue bisa bilang sih proses mixing dan mastering-nya oke banget. Sound yang dihasilkan sangat prima.

Salah satu yang gue suka sih “Untitled 02”. Unik dan menarik. Tabuhan-tabuhannya itu loh membekas di benak.

Rock and Roll Mafia — Peculiar Things ft. Danilla

Band elektronik legendaris asal Bandung, Rock and Roll Mafia (RNRM) masih nunjukin taring dengan musik elektroniknya. Hal itu dibuktikan lewat rilisan mini album Unison. Di album itu gue paling suka “Intoxciated” yang merupakan hasil kolaborasi bareng Petra Sihombing dan “Peculiar Things” bersama Danilla.

Menurut gue RNRM berhasil menyemplungkan musisi Petra Sihoming dan Danilla untuk berenang dalam musik elektronik. Vokal keduanya dominan dan mantap dalam lagu serta punya warna tersendiri. Sebenernya ini juga works bersama kolaborator lain, yakni Neonomora.

Di “Intoxciated” yang udah rilis 2017 jadi semacam lagu tentang ungkapan perasaan terpendam dan lantas meledak indah memancarkan positive vibes. Gue suka salah satu penggalan liriknya: “You don’t know what you really want until you try it”. Sedangkan Danila di “Peculiar Things” jadi semacam perwakilan lebih mendayu hasil eksperimen tersendiri RNRM.

Sebenarnya, kalau didengar keseluruhan, EP Unison ini terkesan lebih light dibanding karya-karya RNRM dulu. Lebih to the point walau sederhana dan tetap renyah. Beda dengan lagu-lagu di album Prodigal atau lagu tahun 2015 “Body Won’t Stop” yang lebih padat dan kompleks.

Ken Raka — Alright ft. Jonah

Pada awal 2018, “Alright” dari Ken Raka ini jadi salah satu lagu yang bikin jatuh cinta. Serius enak banget. Dalam balutan pop upbeat, lagu ini sangat asik didengar kapan pun bikin mood naik.

Melodi dreamy dengan kick drum di beberapa bagian menurut gue oke banget sih. Apa lagi berpadu dengan vokal Jonah. Pun dengan video musiknya yang oke. Awal tahun (Februari) yang nggak buruk.

Gue kayak lihat sisi lain Ken Raka yang lebih sederhana dan beda. As we know, dia tergabung dalam KMKZ dengan musik-musik dubstep, drum n bass, dan house.

Osvaldorio — Lotus ft. Wiana & Galdive

Sejak dengar kolaborasi Osvaldorio dengan Wiana di lagu “Save Me” 2015 lalu, gue emang udah menanti karya-karya mereka berikutnya. Dan pada penghujung 2018, mereka kembali menghadirkan kolaborasi apik dalam “Lotus”. Sayang, menurut gue promosi kurang gencar.

Gue sendiri emang suka sama karakter vokal Wiana. Pas banget blend dengan musik “Lotus” itu sendiri yang jadi semacam elektronik alternatif dengan melodi empuk dan indah. Duh pas ada bagian gitar saik abis sih.

Entah kenapa ya gue dengar lagu ini kayak teringat film Alice in Wonderland. Gue membayangkan lagu ini jadi soundtrack film-film animasi semacam itu yang lekat dengan fantasi.

Semacam dengar lagu “Fantasy” dari Alina Baraz & Galimatias sih. Ya mungkin Galamatias versi lokal?

Tapi, emang lagu ini menurut gue sih sampai maknanya. Apa lagi saat dipahami liriknya.

WHOOSAH — Upper Ground

Gue dengar namanya itu seinget gue dari Dentum Dansa Bawah Tanah. Belakang tahu kalau Kevin Samuel (nama asli Whoosah) ini rilis album berjudul Ground Space. Total ada 20 dalam rilisan fisik berupa kaset dan digital. Salah satu favorit gue “Upper Ground”.

Lagu “Upper Ground” asik untuk berdansa santai khas lo-fi. Agak swing sih memang dan punya melodi city pop.

Album Ground Space sendiri sebenarnya terbagi dua, Side A atau sisi Ground berlanskap bumi dan Side B atau sisi Space kayak ruang angkasa cosmic.

Sebenarnya salah satu yang epic menurut gue lagu “Batuk Flu”. Wah harus dengar sih karena ada unsur suara khas batuk dan flu. Haha serius.

Angger Dimas x NERVO — Give It All Up

Angger Dimas mungkin jadi salah satu DJ sekaligus produser yang bikin gue tergila-gila dengan musik elektronik dari zaman sekolah. Gue semengikuti itu tentang dia. Dari begitu hype-nya sampai mulai meredup, hingga akhirnya 2018 ini dia kembali menunjukkan diri dengan kolaborasi bersama NERVO di lagu “Give It All Up”.

Pertama dengan “Give It All Up” hmm gue merasa agak berbeda sih dari karya-karya Angger Dimas lainnya. Kali ini dia menghadirkan musik pop dance yang lebih easy listening. Beda banget sama lagu “Zombie” atau lagu-lagu lain di EP Don’t Look Back in Angger. Sejujurnya gue kangen Angger Dimas yang dulu sih. Hehe.

Saat musik elektronik udah mulai banyak yang pop dan low, yuk Ngger naikin lagi musik progressive dan sejenisnya. Perkaya lagi industi musik ini dengan karya-karya lo!

Dipha Barus — Money Honey (Count Me In) ft. Monica Karina

Bisa dibilang, Dipha jadi salah satu DJ yang begitu melejit dua tahun belakangan. Seperti yang kita tahu, pada 2016 single-nya “No One Can Stop Us” bersama Kallula laku keras di pasaran. Tren positif itu terus ada sampai sekarang , salah satunya lagu “Money Honey (Count Me In)” bersama Monica Karina.

Lewat lagu “Money Honey (Count Me In)” itu, Dipha sukses sabet banyak nominasi dan jadi pemenang di berbagai penghargaan. Sebut aja Karya Produksi Terbaik-Terbaik dan Karya Produksi Elektronika Terbaik dalam ajang Anugerah Musik Indonesia.

Menanti karya-karya Dipha selanjutnya nih. Dan semoga gue bisa mendapat kejutan dari musiknya. Ya semoga ada dark side Dipha.

Bams-Funs on a Weekend

Damn! Gue suka banget sama lagu ini. Gue berkali-kali dengar via Spotify dan nggak pernah bosan. Gue seakan masuk dalam sisi lain Bams yang telah lama hilang ke dalam musik elektronik.

Lagu “Fun on a Weekend” ini sendiri merupakan hasil kolaborasi dengan grup Fun On A Weekend yang digawangi Winky Wiryawan, Kenny Gabriel, dan Evan Virgan. Hmm nggak heran sih.

Sesuai namanya “Fun on a Weekend”, menurut gue lagu ini emang bisa banget jadi teman menghabiskan waktu akhir pekan. Lirik dan nadanya sedikit centil di beberapa bagian. Semacam merayu syahdu yang berkelas, nggak norak dengan nada-nada khas R&B, soul, serta funk.

Abenk Alter — I Believe in Magic

Di channel YouTube-nya, Abenk Alter bilang kalau lagu ini didedikasikan untuk semua pemimpi atau the dreamers. “Take a leap of faith, and you will find yourselves manifesting the magic within”. Dan gue merasakan energi itu

Random, DTX — Sun Days

Awal tahun langsung digeber sama musik dari label Javabass Recordings. Udah pasti lagunya drum n bass yang kencang. Kali ini, giliran Random yang berkarya bersama DTX dalam “Sun Days”.

Selain kangen progressive house, gue juga nggak bisa menampik kangen genre drum n bass ini sih. Gue konsumsi rutin kayaknya hanya dari orang-orang Java Bass Soundsystem. Sisanya ya biasa aja.

Lewat lagu “Sun Days”, nama Random dari Java Bass Soundsystem emang makin ngukuhin dia dan rekan-rekannya begitu konsisten dalam nafas drum n bass.

Muztang — Run ft. Tuantigabelas

Dah lagu-lagu di album baru Muztang Mandala bagus-bagus. Dah gitu aja. Nggak usah diragukan memang. Apalagi kolaborasi-kolaborasinya ciamik, salah satunya bareng Tuantigabelas di lagu “Run”.

Saah satu penggalan lirik rapnya: “Muztang Tigabelas kolaborasi paling insane”. Mantap!

Selain itu, gue juga suka sih lagu “Iringi Ku Berjalan” dan “Keep It Movin”. Memang bagus lah dan butuh promosi di luar lingkungan pencinta drum n bass dan lebih ke masyarakat luas.

Terlepas dari 17 lagu di atas, masih banyak talenta berbakat lokal yang punya musik elektronik keren. Ada yang remix ciamik pula. Nggak sedikit album khusus yang emang berisi remix-remix mantap hadir dari banyak produser. Misal, album Sempurna (Remixes) yang berisi empat lagu terpilih. Salah satu yang gue suka remix dari Alust.

Selain itu, ada pula musisi elektronik dalam negeri yang mulai rambah K-Pop. Sebut aja Antartika atau Mancu. Gue apresiasi sih karena dia udah berani remix lagu-lagu K-Pop mesti nggak sedikit yang menganggapnya sebelah mata.

Gue menyadari mungkin masih banyak lagu yang belum didengar. Masih banyak lagu yang belum bisa gue jamah selama 2018 ini. Jadi, emang gue sendiri bertekad 2019 bakal lebih banyak dengar musik lagi, khususnya elektronik. Kira-kira bakal kayak gimana ya perkembangan musik ini pada 2019?

Gue sih berharap bakal agak ke arah progressive house karena gue sendiri kangen hehe. Agak jenuh dengan atmosfir musik ini belakangan yang dihiasi musik teot teot trap atau kutub lain lebih chill. Semoga dengan reuninya SHM membawa kembali progressive dan big room house.

--

--

Dewi Rachmanita Syiam
Dewi Rachmanita Syiam

Written by Dewi Rachmanita Syiam

Tentang perjalanan, musik, dan cerita. Saya di Instagram: #JalanBarengDewi

No responses yet